watch sexy videos at nza-vids!

hmm.. Muncul pornografi, muncul aksi, tapi geliat perjuangan diuji bukan oleh keberhasilan dan tidaknya sebuah aksi, namun sejauh mana ketulusan dan keikhlasan menanggapi. Manusia memang dilarang telanjang, walau sekedar lukisan dan bayangan, karena yang telanjang itu hanya binatang. Allah memberi rasa malu dan menutupinya dengan baju & pakaian agar cacat tubuh kita tertutupi, tapi kalau sudah tdk punya rasa malu mungkin memang sudah jadi binatang. Namun hati kita harus telanjang, jujur dan tegas, hati yg telanjang adalah hati yg ikhlas, hati yg ridho dan hati yang tawakal, telanjang jiwa didepan Allah, bukan telanjang badan, karena menampakkan ketelanjangan di alam fisik pasti dihasrati nafsu birahi.

Pria korban pornografi :
Gejolak seksual (sexual arousal) melekat dengan kondisi riil kita sebagai makhluk bertubuh. Adalah wajar bila kita hidup dengan hasrat seksual, tetapi menjadi janggal ketika kita hidup demi hasrat seksual. Kehadiran pornografer atau porno aktor adalah respons bagi mereka yang hidup demi hasrat seksual dimana wanita kerap dijadikan pajangan. Mengapa harus wanita? Dalam teori interaksionalisme simbolis, gambaran mental kita tentang pria dan wanita adalah produk dari wacana yg ramai diobrolkan masyarakat.
Salah satu wacana besar tentang seksualitas menyatakan, laki-laki lebih sering memikirkan seks, melakukan masturbasi atau menginginkan hubungan seksual. Wacana seperti ini sebenarnya menampilkan sisi rapuh pria yg menarik bagi pornografer & pornoaktor untuk dieksploitasi. Semakin kita menerima wacana itu, semakin subur pornografi. Jadi bila dicermati, bukan wanita yang diekploitasi, tetapi kerapuhan pada pria yg lebih dulu diwacanakan. Wanita dijadikan sarana menuju kerapuhan.
Jelas bahwa baik pria maupun wanita dirugikan lewat pornografi & pornoaksi.

Sumber : YF. LA KAHIJA, pengajar pada Fakultas Psikologi, Undip Smg